Selasa, 23 Oktober 2012

Jus Mengkudu, Soal Halal Haram, dan Hasil Riset

Setelah sekian lama mencari artikel mengenai buah mengkudu / pace akhirnya ketemu juga mengenai halal dan haramnya buah mengkudu. Buah mengkudu bagi sebagian orang memang kurang nikmat rasanya. Bahkan, ada yang mengatakan hambar. Bila dimasak dengan cara direbus, akan memunculkan aroma menyengat. Tetapi, di balik ketidaksedapan rasa dan aromanya itu, buah mengkudu kaya akan khasiat. 
 
 
Buah ini ternyata mengandung zat-zat antikanker (damnacanthal). Penemuan ini merupakan hasil temuan jurnal Cancer Letter pada 1993. Hasil mengejutkan lainnya juga disimpulkan oleh Dr Neil Solomon. Ia berhasil mengungkapkan manfaat mengkudu untuk membantu pemulihan penyakit. Mulai dari jantung, diabetes, kanker, stroke, dan lainnya.
 
Sejumlah produsen pun tertarik menjual jus mengkudu dalam kemasan-kemasan siap minum. Tak hanya itu, industri dan ibu rumah tangga pun tergerak mengolah buah ini menjadi obat-obatan tradisional. Namun, proses pengolahan yang kurang tepat justru bisa berefek pada ketidakhalalan jus yang diolah akibat fermentasi berlebihan.
 
Hukum dasar jus mengkudu sebenarnya halal dikonsumsi selama memenuhi unsur kehalalan dan tayib. Ketentuan kedua hal itu termaktub dalam ayat,
“Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” (QS Al-Baqarah [2]: 168). 
 
Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi ketidakhalalan mengkudu ialah keberadaan alkohol akibat fermentasi.
 
Penggunaan alkohol dalam Islam karena merupakan salah satu jenis khamar yang dilarang, tidak diperkenankan, baik dalam minuman, makanan, maupun obat-obatan. Yang dimaksud dengan alkohol di sini ialah istilah umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus fungsional yang disebut gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon.
 
Mengutip Kumpulan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), penggunaan alkohol dalam makanan diharamkan. Termasuk, etanol atau senyawa lain, seperti metanol, asealdehida, dan etilasetat, yang dibuat secara fermentasi dengan rekayasa dari berbagai jenis bahan baku nabati yang mengandung karbohidrat atau minuman yang mengandung etanol dan atau metanol yang ditambahkan dengan sengaja.
 
Dalam buku fatwa tersebut juga dijelaskan, penggunaan alkohol atau etanol hasil industri nonkhamar—baik merupakan hasil sintesis kimiawi (dari petrokimia) maupun hasil industri fermentasi nonkhamar—untuk proses produksi makanan, minuman, kosmetik, dan obat-obatan, hukumnya haram bila medis menyatakan membahayakan.
 
Karena itu, agar jus mengkudu tersebut halal, pakar pangan asal IPB Prof Anton Apriyantono memberikan saran penting. Masukannya tersebut ia tuangkan di bukunya yang berjudul “Tanya Jawab Soal Halal”.
 
Menurutnya, agar tetap pada status halal maka pengolahan jus mengkudu tidak boleh melibatkan proses fermentasi. Proses pengolahan jus mengkudu biasanya buah dipres hingga diperoleh sari buah yang bercampur dengan bahan lain yang menimbulkan kekeruhan.
 
Hasil pres tersebut lalu diendapkan untuk memperoleh jus yang jernih. Tetapi, jangan sampai proses pengendapan lebih dari satu hari dengan suhu kamar yang cukup. Hindari panas agar terhindar dari fermentasi.
 
Ketika proses pengemasan, sebelumnya agar jus yang telah siap tadi awet maka pH jus diturunkan hingga kadar 2,8-2,9. Penurunan itu biasanya memakai asam sitrat. Setelah proses pengawetan itu selesai maka pada tahap pengemasan dilakukan sterilisasi. Paling baik pada suhu 100 derajat selama 30 menit.
 
Sebelum sterilisasi itu ditempuh, botol telah disterilkan terlebih dahulu dengan merebusnya di air mendidih. Bila sterilisasi kurang maka ragi berpotensi tumbuh. 
 
Munculnya ragi itu bisa mengubah gula yang ada berubah menjadi alkohol dan karbondioksida. Ini bisa dilacak melalui bunyi dan gas saat botol dibuka. “Bila fermentasi terdeteksi, status kehalalan jus pun bisa jadi tidak halal,” kata Anton. 
 

 
Hasil Riset: Mengkudu Obati Kanker
 
Penggunaan mengkudu untuk pengobatan kanker akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin banyaknya penelitian mengenai manfaat mengkudu untuk kanker.
 
Tim peneliti Universitas Hawai yang dipimpin Annie Hirazumi mendapati bahwa jus mengkudu meningkatkan kerja sistem kekebalan tubuh (terutama sel makrofag dan limfosit) tikus putih yang diinduksi dengan sel kanker paru Lewis, sehingga mampu bertahan hidup 50 hari lebih. Padahal tikus yang tidak diberi mengkudu hanya mampu bertahan hidup antara 9-12 hari saja. Annie juga meneliti bahwa jus mengkudu bermanfaat untuk mengatasi sarcoma.
 
Tim peneliti Universitas Negeri Lousiana, AS, yang dipimpin Conrad A. Hornick, Ph.D menemukan bahwa jus mengkudu dalam kadar 10% dapat menghentikan pembentukan pembuluh darah (anti angiogenesis) pada sel kanker payudara dan merusak pembuluh darah kanker yang sudah ada, sehingga sel-sel kanker mati.
 
Sedang Maria Gabriela Manuele dan kawan-kawan berhasil membuktikan bahwa scopoletin dapat mengaktifkan limfosit sekaligus membasmi sel kanker limfoma.
 
Tak mau kalah dengan kolega-koleganya, Dr. Rangadhar Satapathy, MD menyatakan bahwa tanaman mengkudu memiliki 150 neutraceutical (zat gizi berkhasiat obat), lima di antaranya merupakan zat antikanker:
  • Polisakarida yang banyak terdapat pada mengkudu mencegah menempelnya sel yang rusak/bermutasi ke sel lain, sehingga dapat mencegah terjadinya metastase.
  • Damnacanthal, sejenis anthraquinon, menghambat pertumbuhan sel ganas. Alizarin, anthraquinon lain, menghentikan aliran darah ke jaringan tumor, sehingga menghentikan perkembangannya.
  • Epigollocatechin gallate (EGCg). Antioksidan golongan flavonoid polifenol yang banyak terdapat dalam mengkudu ini mencegah mutasi sel dan menginduksi apoptosis (bunuh diri) pada sel-sel abnormal.
  • Terpenoid dalam mengkudu mencegah pembelahan sel ganas dan juga menginduksi apoptosis. Salah satu terpenoidnya, limonen, terbukti efektif untuk mengatasi kanker payudara, kanker liver, kanker paru, dan juga leukemia. Terpenoid yang lain, betakaroten, membantu merangsang kelenjar thymus untuk memproduksi lebih banyak sel Limfosit T yang dapat langsung menghancurkan sel kanker. Sedang asam ursolat yang juga golongan triterpenoid dapat mencegah pertumbuhan sel abnormal (kanker) sekaligus menyuruh sel abnormal yang sudah ada untuk bunuh diri (apoptosis).
  • Menurut hasil penelitian Dr. Heinicke, proxeronine sangat banyak terdapat dalam mengkudu. Di dalam usus proxeronine diubah menjadi xeronine. Xeronine yang juga diproduksi tubuh dalam jumlah terbatas ini dibutuhkan untuk mengaktifkan protein sel sebelum digunakan dalam seluruh proses kimiawi tubuh. Xeronine juga memperbaiki struktur dan menormalkan fungsi sel-sel tubuh yang rusak. Karena pada dasarnya setiap sel mengandung protein, maka kecukupan xeronine dapat memperbaiki segala jenis sel yang tidak normal. Dari sini diperoleh penjelasan, mengapa efek xeronine berbeda pada tiap orang, namun umumnya menunjukkan perbaikan kondisi sesuai penyakit masing-masing.
 
Namun di balik manfaat mengkudu yang begitu mengesankan ada satu hal yang sering menjadi kendala dalam mengkonsumsi mengkudu, yaitu aromanya tidak enak. Aroma khas ini cukup menyengat, disebabkan oleh asam kaproat dan asam kaprat yang banyak terdapat pada buah mengkudu matang.

Cara yang digunakan untuk mengurangi aroma ini adalah dengan mencampurkan madu atau gula merah ke dalam jus mengkudu, kemudian disimpan dalam gelas atau botol kaca selama 2-4 hari.
 
Dalam proses fermentasi ini asam kaproat dan asam kaprat akan terurai sehingga baunya berkurang, sayangnya belum diperoleh kejelasan apakah proses fermentasi ini mempengaruhi khasiatnya atau tidak. Menurut kesaksian penggunanya, buah mengkudu tua yang belum masak (belum banyak mengandung asam kaproat dan asam kaprat) ternyata kurang berkhasiat dibanding buah mengkudu yang benar-benar sudah masak.

1 komentar:

Rizal on 19 November 2012 pukul 16.25 mengatakan...

khasiatnya bagus banget, tapi baunya ga nahaan

Posting Komentar