Sabtu, 13 Oktober 2012

Rahasia Terkandung Dalam Shalat Merupakan Sebuah Meditasi Energi

 
PictureShalat yang kita kerjakan sehari semalam sebanyak 17 rekaat ternyata mempunyai sebuah rahasia yang unik dan sungguh perlu kita ketahui sebagai seorang muslim. Bahkan Shalat merupakan sebuah meditasi energy. Kenapa sampai bisa dikatakan demikian? Jawabannya adalah karena shalat harus dilakukan dengan penuh kekhusukan dan konsentrasi agar kita bisa berkomunikasi dengan Allah. Ternyata doa-doa yang kita baca dalam shalat juga bisa menghasilkan energi positif yang kekuatannya tergantung pada kekhusukan kita saat melakukan shalat. Harus kita ingat kawan, bahwa tujuan utama shalat kita adalah untuk berdzikir kepada Allah dan agar dzikir kita tersebut bermakna maka kita harus bisa menghadirkan Allah dalam setiap kalimat dan gerakan-gerakan shalat yang sedang kita lakukan.  Tetapi, kalau yang terjadi justru kita ingat segala macam hal lain tentang kehidupan duniawi, maka tujuan utama shalat kita menjadi tidak tercapai. 


Lantas apa yang harus kita lakukan agar meditasi energy kita berhasil? Sebenarnya kita harus memahami dulu bahwa kunci utamanya adalah hati kita. Hati lebih berfungsi untuk merasakan dan memahami, sedangkan otak lebih berfungsi untuk berpikir, mengingat dan menganalisa. Otak ada didalam kepala sedangkan hati ada didalam dada. Seperti firman Allah berikut:

“Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada.” (QS: Al-Hajj(22):46).

Dengan pemahaman seperti ini berarti kita harus mempasifkan pikiran kita yang ada dikepala dan mengaktifkan hati yang ada didalam dada. Rasakanlah bahwa ketegangan yang terjadi bukan dikepala melainkan hati yang didalam dada. Dengan kata lain, janganlah berpikir tentang apapun termasuk Allah, namun rasakanlah dan fahami kehadiran Allah dengan hati. Dengan bahasa yang yang berbeda, bisa juga dikatakan pasifkanlah panca indera dan Aktifkanlah indera ke enam/hati. Mengapa demikian? Karena Allah memang tidak bisa kita lihat dengan mata, atau kita dengar denagan telinga maupun dengan potensi panca indera kita lainnya. Namun, yang bisa kita lakukan adalah merasakan dan memahami kehadiran Allah dengan hati.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (Ayat-Ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (Tanda-tanda Kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (Ayat-Ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raaf(7):179)

Lihatlah dua ayat Al-Qur’an diatas tersebut dalam QS. Al-Hajj(22):46 dan juga QS. Al-A’raaf(7):179, bukankah dalam kedua Ayat Al-Qur’an di atas tersebut Allah telah menyejajarkan penggunaan hati, dengan mata dan telinga. Artinya, bahwa Allah sebenarnya ingin memberikan kesan kepada kita bahwa fungsi hati adalah seperti panca indera namun dengan mekanisme yang berbeda. Hati digunakan untuk memahami, artinya bahwa meskipun seseorang tidak bisa melihat tetapi dia tetap bisa memahami  sesuatu dengan hatinya. Demikian pula, meskipun seseorang tidak bisa mendengar tetapi dia masih tetap bisa memahami suatu persoalan dengan cara yang lain yakni dengan hati.

Pemahaman yang ditangkap oleh hati sebenarnya lebih substansial dibandingkan dengan panca indera kita. Memang kebanyakan manusia memahami sekitarnya dengan panca indera tetapi pada kenyataannya kita tau bahwa orang yang melihat belum tentu dapat memahami apa yang dia lihat dan bisa saja dia dibutakan oleh penglihatannya sendiri karena tidak bisa memahami apa yang dia lihat. Orang yang mendengar pun belum tentu memahami apa yang dia dengar. Demikian orang yang meraba, belum tentu memahami apa yang dia raba. Tetapi kejadiannya bisa sebaliknya, bahwa seseorang bisa memahami tanpa dia harus melihat, mendengar maupun merabanya. Karenanya, secara logika praktis kita bisa melakukan meditasi tertentu dan kemudian memahami persoalan secara langsung tanpa menggunakan panca indera kita. Pasifkanlah lima panca indera kita dan aktifkanlah hati kita.

Cara tersebut juga digunakan Allah untuk menurunkan wahyu kepada para nabi dan para rasul. Semua Nabi dan Rasul memperoleh pemahaman wahyu tanpa harus melewati lima panca indera manusia, melainkan langsung dipahami oleh hati. Ketauhilah, bahwa Hati yang sudah sangat tajam dan lembut, akan memperoleh pemahaman langsung yang lebih akurat dibandingkan pemahaman lewat lima panca indera kita. Karena panca indera dengan berbagai keterbatasannya seringkali malah menipu pemahaman kita. Jadi yang harus kita lakukan dalam shalat kita pada dasarnya yakni mencoba merasakan kehadiran Allah, sambil melakukan getaran-getaran energy doa-doa yang kita baca untuk membuka hati kita. Mekanisme tersebut sama dengan mekanisme turunnya wahyu kepada para Nabi dan Rasul, seperti yang saya katakana di atas. Demikian pula cara tersebut seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhamad ketika berada di Sidratul Muntaha, saat Mi’raj dilangit yang ke tujuh.

Maka apa yang akan terjadi ketika seseorang khusuk dalam shalatnya? Jawabannya, dia sebenarnya sedang melatih hatinya untuk bergetar mengikuti getaran-getaran lembut yang dipancarkan oleh Doa-doa yang sedang dia ucapkan. Namun, tentu saja doa tersebut adalah doa yang penuh dengan pemahaman dan bukan sekedar hafalan doa. Jika hal tersebut terjadi dalam shalat kita, maka hati kita seperti sedang direparasi oleh Allah. Bintik-bintik hitam, “seperti kata Rasulullah SAW adalah akibat dosa-dosa kita, secara bertahap akan menghilang sesuai dengan tingkat kekhusukan kita”. Jika sebelumnya hati kita tidak bisa bergetar akibat banyak melakukan dosa, maka kekhusukan shalat kita tersebut akan melembutkannya. Seperti pijat relaksi yang kita lakukan terhadap badan kita ketika kita terlalu tegang atau capek. Maka kekakuan hati kita akan mulai sirna dan pada akhirnya hati akan menjadi lebih mudah bergetar oleh do-doa dan ayat-ayat yang kita baca pada saat shalat. Sebagaimana disebutkan Allah bahwa hati orang-orang beriman itu mudah bergetar ketika disebut nama Allah.

Bahkan Allah mengatakan, bukan hanya hatinya saja yang lembut tetapi kulitnya juga akan ikut melembut. Ketika tercapai tingkatan tersebut, maka efek psikologisnya hidup kita akan menjadi tentram. Orang yang hidupnya tentram, selalu sabar, tidak pernah grusa-grusu, dan penuh keikhlasan dalam hidupnya, akan menemui keteraturan dan kedamaian selama didunia dan diakhirat. Masalah apa pun boleh berdatangan dalam hidupnya, namun dia menghadapinya dengan penuh ketenangan dan selalu Tawakal kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Menyayangi Makhluk-makhluk-NYA.

0 komentar:

Posting Komentar